Jumat, 18 Oktober 2013

Permainan Anak Sunda



Postingan kali ini saya akan menulis kan Permainan Anak anak Sunda tempo dulu, Mengingat - mengingat masa kecil, masa kecil yang penuh dengan kenangan dan keceriaan bersama teman sebaya yang mungkin gak di alami sama anak - anak zaman sekarang banyak permainan yang sering di mainkan bersama teman teman masa kecil dulu, biasanya setiap sore anak - anak berkumpul di buruan atau pipir ( halaman rumah ) dan bermain menunggu datang nya malam atau menunggu waktunya pengajian di halaman rumah guru ngaji, seperti ucing sumput, paciwit-ciwit lutung, adu muncang / kemiri, dan masih banyak lagi. Dan permainan-permainan tersebut sekarang sudah jarang terlihat di mainkan oleh anak - anak pada masa sekarang mungkin sekarang sudah mengenal teknologi seperti PS, Game Online dan lain-lain. Dan permainan tradisonal sudah semakin terpinggirkan. Nah untuk mengenang kembali memori masa kecil dulu berikut saya tuliskan beberapa Permainan Tradisional Anak Sunda.

Permainan Tradisional Anak Sunda :


Ambil-ambilan

X : Ambil-ambilan

Turuktuk hayam samantu
Y : Saha nu diambil kami mah teu boga incu

Boga ge anak pahatu
X : Pahatu ge daek

Purah nutu purah ngejo

Purah ngasakan baligo
Y : Nyerieun sukuna

Kacugak ku kaliage
X : Aya ubarna kulit munding campur dage tiguling nyocolan dage

(Ambri, Moh)



Cincangkeling

Lagu kakawihan anak-anak usia 8-12 tahun. Anak-anak menyanyikannya berulang-ulang makin lama temponya makin cepat.

Teks lagunya adalah sebagai berikut :

Cingcangkeling manuk cingkleung cindeten

Plos kakolong Bapa Satar buleneng




Cokcang

Salah satu kakawihan barudak (nyanyian anak-anak) dilakukan di halaman atau di beranda rumah. Untuk menentukan anak berperan sebagai kucing pada permainan kucing-kucingan. Anak yang menjadi kucing adalah anak yang tepat mendapat suku kata terakhir dari bait lagu tersebut.

Lirik lagunya sebagai berikut :

Cang cang si pencok si kacang

Si niti anggolati

Dog clo

Blo lo nyon

Anak yang tepat pada akhir kata (nyon) ialah yang menjadi kucing.

Dingding Kiripik

Langkah awal jika anak-anak hendak bermain kucing-kucingan, untuk menentukan siapa yang menjadi kucing. Salah seorang diantara mereka membeberkan telapak tangan kiri sambil menumpangkan telunjuk kanannya, kemudian diikuti oleh telunjuk-telunjuk kanan anak-anak yang ikut main.

Mereka bersama-sama menyanyikan lirik :

Dingding kiripik tulang bajing kacapit
Saha nu kacapit jadi ucing?

Tepat ketika mengucapkan ucing telapak tangan itu dikepalkan, barang siapa yang telunjuknya terjepit ialah yang menjadi ucing. Segala permainan ucing-ucingan bisa diawali oleh “dingding kiripik”, misalnya ucing udag, ucing peungpeun, ucing kalangkang, dan sebagainya.



Tuktuk Brung Tuktuk Brak
Permainan dan nyayian anak-anak. Dilakukan oleh dua kelompok anak-anak secara bergililran tarik menarik, dilakukan didepan rumah atau halaman. Ketika menyayikan “nyed em nyed”, salah satu kelompok menarik kelompok lain yang diakhiri dengan robohnya kelompok yang lain.

Berikut adalah syair lagunya :

Tuktuk brung tuktuk brak buntut lutung panjang rubak

Dicentok-centok barudak barudak salawe widak

Nyed em nyed em nyed nyed em nyed




Ucang-ucang Angge
Ucang-ucang angge adalah nama lagu anak-anak. Dengan lagu ini kita mengajak anak-anak yang masih kecil bermain. Biasanya dilakukan oleh orang tua atau kakaknya, seolah-olah anak itu sedang menunggang kuda.

Permainannya dilakukan dengan cara seseorang duduk ditempat yang lebih tinggi, misalnya diatas kursi atau ranjang dan kedua kakinya tergantung diatas lantai. Anak kecil itu didudukkan diatas kedua punggung kakinya, sedangkan kedua tangannya dipegang oleh si orangtua atau kakaknya, yang kanan oleh tangan kiri dan yang kiri oleh tangan kanan. Lalu kaki digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah. Gerakan kaki demikian disebut ucang-ucang. Pada waktu menyanyikan larik terakhir (ari gog gog cungungung) kedua kaki itu diangkat tinggi-tinggi.

Ucang-ucang angge dapat juga dilakukan dengan si orang tua tidur telentang dengan kedua kaki diangkat ke atas, kemudian si anak naik dan duduk di ujung kaki yang terangkat seolah sedang naik diatas pelana kuda. Muka si anak dan yang mengangkatnya biasanya saling berhadapan dengan posisi si anak diatas, yang menjadi kudanya di bawah, dan kedua tangan si anak dipegang dari bawah. Sambil mengayun naik turun diiringi dengan lagu Ucangn ucang angge dalam laras salendro surupan 1 = Barang.

Pada lirik ari gog gog cungungung gerakan kaki diangkat lebih tinggi, bahkan waktu diturunkan muka si anak sengaja didekatkan pada muka yang mengayunkannya. Biasanya anak-anak pada bagian ini tertawa riang, demikian berulang-ulang dilakukan sampai yang mengayun kecapaian.

Berikut adalah syair lagu Ucang-ucang Angge :

Ucang-ucang angge mulung muncang kaparangge

Digogog ku anjing gede anjing gede nu mang Lebe

Anjing leutik nu Ki Santri ari gog gog cungungung

Ari gog gog cungungung





Beklen





Salah satu bentuk permainan anak-anak perempuan pada waktu senggang di tempat yang keras dan rata, dengan mempergunakan bola beklen dan biji-bijinya yang terbuat dari loyang atau kuwuk sebanyak 10-12 biji. Permainan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang anak. Untuk anak menentukan siapa anak yang akan main pertama diadakan undian dengan cara suten bila hanya dua anak yang main atau hompimpah bila lebih dari dua orang atau. Barang siapa yang menang dialah yang pertama kali main dan jika pemain pertama itu lasut (gagal) maka permainan dilanjutkan oleh pemain kedua, dan seterusnya.

Cara bermainnya, pertama menaburkan biji-bijian yang diupayakan supaya tidak terpencar berjauhan tapi juga tidak berhimpitan. Kemudia si anak melambungkan bolanya ke atas. Sewaktu bola melambung keatas, sianak mengambil biji-bijin yang terserak tersebut. Pengambilan biji satu-satu disebut mihiji, apabila dapat menyelesaikan mihiji kemudian midua (mengambil biji dua-dua dan seterusnya sampai pengambilan semua biji yang dimainkan sekaligus). Jika biji tidak terambil, bola tidak tertangkap, atau gudir (menyentuh biji yang belum waktunya diambil) maka dinyatakan lasut dan permainan diganti oleh anak berikutnya. Barang siapa yang bisa menyelesaikan permainan dari mihiji sampai mi terakhir dalam satu kali main dinyatakan sebagai pemenang.



Congklak

Permainan anak-anak perempuan dengan alat seperti perahu kecil yang memilliki 16 lekukan bundar sebagai tempat 98 biji ataupun kewuk (kulit kerang) disebut juga congkak, daku atau dakon. Permainan ini kadang-kadang dilakukan juga oleh kaum ibu. Badan congklak terbuat dari kayu yang diberi 16 lekukan bundar. Lekukan kecil terdiri dari 14 buah yang dijadikan 2 deretan, masing-masing disebut anak. Kemudian 2 buah lekukan besar disebut indung (induk) yang terletak di bagian tengah badan kayu disebelah kiri dari masing-masing deretan.


Masing-masing lekukan diisi 7 biji kewuk (kecuali 2 lekukan indung dikosongkan). Permainan dilakukan oleh dua orang berhadapan. Masing-masing mempunyai 7 buah lekukan anak dengan 1 lekukan indung yang terletak di sebelah kirinya. Kedua pemain bersama-sama mengambil kewuk dari salah satu lekukan anak yang dimilikinya lalu dibagikan kesetiap lekukan dan indung (kecuali indung lawan) secara merata. Jika kewuk terakhir jatuh pada lekukan yang kosong, maka si pemain harus berhenti sebab dianggap mati. Jika mati ditempat lekukan miliknya dan kebetulan lekukan dihadapannya (milik musuhnya) berisi kewuk-kewuk, maka kewuk milik musuhnya itu menjadi haknya dan disimpan di indungnya. Kejadian itu disebut nembak.

Permainan selesai jika semua kewuk yang semula terdapat dilekukan anak, pindah kelekukan indung masing-masing. Yang mendapat kewuk lebih banyak menjadi pemenang. Jika permainan akan diteruskan, maka kewuk itu dibagi-bagikan lagi pada lekukan-lekukan anaknya masing-masisng. Yang jumlah kewuknya kurang, harus menutup lekukan yang tidak kebagian kewuk yang dianggap pecak (buta). Yang menang mendapat giliran pertama untuk membagikan kewuk. Lekukan yang pecak harus dilewati (tidak diisi). Permainan selesai jika salah seorang tidak sanggup lagi meneruskan permainan karena kewuknya kurang dari 7 (untung mengisi satu lekukan anak).



Gatrik


Permainan gatrik ini juga disebut tokle. Permainan anak-anak ini caranya dengan mempergunakan dua batang ranting kayu atau rotan, satu panjang dan satu pendek. Kayu atau rotan pendek berukuran 10-12,5 cm, dan yang panjang 30-37,5 cm, biasanya diameter 1-2 cm. Perlengkapan lain adalah 2 buah bata yang yang dipasang berpasangan dengan jarak antra 7-10 cm, tempat menaruh keratan bambu pendek jika hendak main.

Permainan dimulai setelah dilakukan suten. Yang menang meletakkan bambu pendek diatas bata, mencungkilnya dengan bambu panjang, agar terlempar sejauh-jauhnya. Yang kalah berusaha menangkap bambu pendek itu. Jika berhasil menangkapnya, ia memperoleh nilai 10. Jika tidak, ia harus melemparkan bambu pendek itu kearah sepasang bata itu, bila bata itu tersenggol oleh bambu itu maka ia menjadi pemain.

Musuhnya menjadi penjaga. Jika tidak terjadi penggantian pemain, si pemain melemparkan bambu pendek yang harus dipukul sekeras-kerasnya dengan bambu panjang agar jatuh sejauh mungkin. Jika tertangkap, si penjaga memperoleh angka 25. Apabila tidak tertangkap si penjaga harus melemparkannya ke arah bata. Kalau lemparan bisa masuk celah bata itu ia dapat nilai lagi 10. Jika si pemain berhasil memukul balik bambu pendek itu sebelum jatuh ke tanah, maka si pemain mendapat nilai sejumlah hitungan jarak dari bata ke tempat jatuhnya bambu yang diukur dengan bambu panjang. Misalnya saja jauhnya 50 kali dari panjang bambu, berarti ia mendapat nilai 50.

Permainan dilanjutkan dengan gatok lele, yaitu si pemain mencungkil dan memukul bambu pendek dengan bambu panjang agar jatuh sejauh mungkin. Jika si penjaga bisa menangkapnya ia memperoleh nilai 25. Jika tidak maka si pemain berhak mengumpulkan nilai dengan mengukur jarak jatuhnya bambu. Jika sebelum dipukul jauh, bambu itu dipukul pelan dulu beberapa kali, asal tidak jatuh ke tanah, maka hitungan pendapatan si pemain jadi berlipat. Jika dipukul dua kali, lipat dua; kalau tiga kali lipat tiga; dan seterusnya. Sebab itu gatok lele merupakan kesempatan meraup angka bagi si pemain. Jumlah angka ini sudah ditetapkan batasnya, 200 atau 250. Jika batas itu telah tercapai, maka permainan selesai. Yang paling dulu mencapai angka itu keluar sebagai pemenang.



Hahayaman



Hahayaman

Permainan anak-anak, menggambarkan seekor ayam yang dikejar oleh seekor musang dengan penjaga kandang dalam bentuk lingkaran. Penentuan anak yang menjadi ayam dan musang dilakukan dengan diundi. Anak-anak lain berpegangan untuk membentuk lingkaran sebagai penjaga kandang. Ayam berupaya jangan sampai tertangkap oleh musang. Musang sebaliknya terus mengejar mau menerkam ayam. Anak-anak lain yang menjadi penjaga kandang berusaha sekuat tenaga agar jangan sampai jebol oleh musang.

Apabila musang dapat menjebolnya ayam berusaha cepat keluar dan sebaliknya. Permainan selesai jika ayam tertangkap oleh musang atau musang merasa lelah karena tidak dapat menangkap ayam. Jika ayam tertangkap maka musang dianggap menang. Sebaliknya jika ayam tidak dapat tertangkap, maka ayam dinyatakan sebagai pemenang. Permainan ini biasa dilakukan baik pada siang hari maupun malam hari ketika terang bulan, di halaman rumah.

Kobak

Permainan anak-anak yang mempergunakan uang logam (benggol) atau benda bulat lainnya. Pemain terdiri dari anak-anak usia 7-12 tahun dengan jumlah pemain 2-5 orang. Sebelum bermain mereka terlebih dahulu membuat kobak (lubang) dangkal dan membuat garis pelemparan yang berjarak antara 3-5 meter dari lubang, kemudian mengadakan undian untuk menentukan siapa yang akan bermain terlebih dahulu. Caranya cukup dengan melemparkan benggol atau gundu kearah lubang. Anak yang dapat memasukkan uang ke lubang dialah yang pertama bermain. Kalau tidak ada yang dapat memasukkan uang ke lubang, maka dipilih benggol yang paling dekat ke lubang jika ada dua orang atau lebih yang berhasil memasukkan, maka diundi lagi dengan cara yang sama.

Cara bermainnya, bagi anak yang mendapat giliran, berusaha untuk memasukkan uang logam lawan-lawannya ke dalam lubang. Apabila uang itu masuk, dialah pemenangnya dan benggol atau gundu milik musuhnya harus ditebus oleh uang atau benda lainnya sesuai dengan perjanjian. Tapi bila gagal memasukkannya, ia digantikan oleh pemain berikutnya.

Para penonton biasanya terdiri dari orang dewasa dan anak-anak yang menjadi penggembira serta para pemain kobak lainnya. Dengan adanya penggembira pemain lebih bersemangat. Dalam perkembangan selanjutnya, anak-anak main kobak bukan dengan taruhan uang tetapi memakai karet gelang.




Bebentengan 



Permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan sebanyak 16–24 orang. Permainan ini memerlukan tempat yang cukup luas dengan ukuran kira-kira 10 X 5 meter2 sehingga dapat bermain leluasa, alat yang diperlukan beberapa buah bata/batu sebagai bentengnya.




Ditinjau dari segi edukatif permainan ini sangat baik bagi perkembangan bakat dan membantu pertumbuhan jasmani anak-anak karena secara tidak langsung melatih kelincahan dan kecepatan lari, juga melatih penglihatan di samping mempelajari cara mengecoh lawan.


Oray-orayan

Permainan ini dimainkan beberapa anak perempuan maupun lelaki di lapangan terbuka. Para pemain saling memegang ujung baju bagian belakang teman didepannya untuk membentuk barisan panjang. Pemain terdepan berusaha menangkap pemain yang paling belakang yang akan menghindar, sehingga barisan bergerak-meliuk-liuk seperti ular, tetapi barisan itu tidak boleh terputus. Sambil bermain, pemain melantunkan kawih.
Oray-orayan luar-leor mapay sawah
Tong ka sawah parena keur sedeng beukah
Oray-orayan luar-leor mapay sawah
Tong ka leuwi di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
Oray naon
Oray bungka
Bungka naon
Bungka laut
Laut naon
Laut dipa
Dipa naon
Di pandeuri..ri..ri..ri



Jajangkungan



Permainan Jajangkungan dimainkan dengan sepasang tongkat atau galah, yang terbuat dari kayu atau bambu. Tumpuan untuk pijakan kaki dibuat pada ketinggian 30 – 60 cm dari ujung bawah tongkat. Beberapa orang pemain dapat serentak memainkannya bersama-sama. Permainan ini biasa digabungkan dengan jenis permainan lain, seperti adu lari atau sepak bola. Ada kalanya, penilaian hanya pada adu ketahanan berjalan di atas jajangkungan sambil saling menendang kaki jajangkungan lawan bermain. Pemain yang terjatuh dinyatakan kalah.


Paciwit-ciwit Lutung
Permainan ini dilakukan oleh 3-4 orang anak, baik anak perempuan maupun lelaki. Setiap pemain berusaha saling mendahului mencubit (nyiwit) punggung tangan di urutan teratas sambil melantunkan kawih (nyanyian): Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka tungtung, Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka tungtung. Pada umumnya, tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah. Jadi, jenis permainan ini semata-mata dilakukan hanya untuk bersenang-senang dan mengisi waktu pada malam terang bulan.




Perepet Jengkol 

Permainan ini dilakukan oleh 3-4 anak perempuan atau lelaki. Pemain berdiri saling membelakangi, berpegangan tangan, dan salah satu kaki saling berkaitan di arah belakang. Dengan berdiri dengan sebelah kaki, pemain harus menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh, sambil bergerak berputar ke arah kiri atau kanan menuruti aba-aba si “dalang”, yang bertepuk tangan sambil melantunkan kawih.
Perepet jengkol jajahean.., Kadempet kohkol jejeretean…
Tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah dalam permainan ini. Jadi, jenis permainan ini hanya dimainkan untuk bersenang-senang pada saat terang bulan.



Sondah / engkle / pecle



Permainan ini pada umumnya dimainkan oleh anak perempuan. Pola gambar berbentuk kotak-kotak berpalang dibuat di tanah. Setiap pemain memegang sepotong pecahan genteng atau batu pipih, yang kemudian dilemparkan ke dalam kotak permainan. Pemain melompat-Iompat dari kotak ke kotak berikutnya. Kotak yang berisi pecahan genting tidak boleh diinjak. Pemain dinyatakan kalah jika menginjak garis kotak atau bagian luar kotak. Pemain pertama disebut mi-hiji, kedua mi-dua, ketiga mi-tilu, dan seterusnya. Itulah yang merupakan sebagian permainan dari sekian banyak permainan yang ada tempo dulu, yang sekarang tidak kelihatan.



Encrak

Encrak salah satu permainan anak - anak sunda yang biasanya di mainkan oleh anak - anak perempuan jumlah pemain nya 2 - 4 orang bisa berpasangan atau juga sendiri - sendiri. Dan dimainkan nya di teras rumah alat nya menggunakan batu kerikil jumlah batu nya tergantung keinginan si pemain nya. Misal nya pemain nya 4 orang satu orang 20 batu jadi jumlah batunya 80 biji. di mainkan nya dengan cara di lempar ke atas sambil ngambil satu batu di bawah terus batu yang di lempar di tangkap lagi jangan sampai jatuh ke lantai kalo jatuh berarti giliran nya udahan ganti giliran yang lain sampai batu yang di bawah nya atau yang di lantai habis. Dan yang paling banyak ngumpulin batunya itulah pemenang nya.



 Bancakan/Ucing Sumput

Ini adalah permainan petak umpet versi Sunda. Peralatannya sederhana, hanya memerlukan batu dan genteng sebanyak jumlah pemain. Batu dan genteng itu disusun bertumpuk pada dua lingkaran yang berdampingan. ada juga yang menggunakan tiang atau pohon (patokan) buat yang jadi kucing untuk menjaga nya.

Dalam permainan ini, ada yang bertugas sebagai penjaga alias ucing, ada juga yang bersembunyi. Pengundiannya bisa dilakukan dengan hompimpa, suit, atau cing ciripit. Sang Ucing bertugas menyusun genteng sebagai bentengnya secara bertumpuk. Di waktu yang sama, pemain yang lain bersembunyi. Ketika susunan genteng sudah berdiri sempurna, Ucing mulai menjaga bentengnya agar tidak dirobohkan sambil mencari para pemain.

Bila menemukan pemain yang sedang bersembunyi, Ucing harus menyebut nama pemain itu sekaligus menginjak batu sambil berteriak “BANCAKAN!”. Artinya, persembunyian pemain telah terbongkar dan ia harus keluar dari persembunyiannya. Satu sesi permainan berakhir bila sang Ucing berhasil menemukan persembunyian seluruh pemain.

Dalam versi yang lebih umum, permainan ini cukup dilakukan dengan cara menutup mata sang Ucing dan ia harus menghitung sampai angka tertentu. Sambil Ucing menghitung, pemain lain bersembunyi. Ketika hitungan sudah selesai, barulah Ucing boleh membuka mata dan mencari para pemain.

Tok si tok song

Biasanya di mainkan oleh 4 orang atau lebih, menggunakan satu biji batu cara permainan nya dengan cara ngumpetin batu di salah satu teman nya kemudian di tebak sama lawan main nya. Dan dalam permainan ini ada yang menjadi bapak posisinya di belakang tugas nya untuk menanyakan dan ada yang jadi anak posisinya di depan bapak. Misal nya kata bapak nya tok si tok song terus yang lawan nya menjawab isi di si anak, kalo salah yang anak loncat ke depan dan begitulah seterus nya apabila jawaban nya salah, sampai ke tempat lawannya kalo benar jawaban nya berarti ganti giliran lawan nya. dan pemenang nya siapa yang paling duluan sampai ke tempat lawan nya.

Ngadu muncang / kemiri

Biasanya di mainkan oleh anak laki - laki.Biasanya permainan adu muncang / kemiri dilakukan apabila sedang musim nya, dan anak - anak suka mulung  / mungut di bawah pohon nya kemudian di aduin.  Adu muncang / kemiri dengan cara dua muncang / kemiri di simpan diatas papan atau tanah, kemudian di apit oleh sebilah bambu terus di pukul sampai ada salah satu muncang / kemiri nya pecah, dan muncang / kemiri  yang masih utuh berarti itulah pemenang nya. 



Anjang-anjangan

Kata anjang dalam Bahasa Sunda berarti berkunjung ke rumah orang lain. Anjang-anjangan berarti anak-anak melakukan suatu permainan dengan meniru kebiasaan orangtua dalam berkeluarga, mencari nafkah, dan lain-lain. Permainan ini menggunakan peralatan berdagang, perabot dapur, dan lain-lain dengan ukuran mini. Anjang-anjangan pada umumnya dilakukan oleh anak perempuan berusia antara 7 hingga 12 tahun, di halaman atau teras rumah.

Mamanukan
Mamanukan berasal dari kata manuk atau burung. Alat permainan ini merupakan tiruan dari bentuk burung. Pada umumnya terbuat dari gerabah yang dicetak. Ujung ekornya berlubang. Sisi kiri dan kanannya pun berlubang masing-masing satu buah. Bila ditiup, ekornya akan mengeluarkan bunyi. Sedangkan pengatur nada dengan cara membuka dan menutup kedua lubang pada badan dengan jari. Permainan ini biasanya dimainkan secara beramai-ramai, oleh anak laki-laki berusia antara 5 – 10 tahun di halaman rumah atau di bawah pepohonan.

Empet-empetan 
Biasanya permainan ini di lakukan pada sa'at musim panen padi tiba, Anak-anak biasanya sambil menunggu orangtua nya memanen padi atau membantu memanen padi. Di sebut empet- empetan karena bunyi suaranya kalo di tiup bunyi nya yang menyerupai suara peeeetttt peeeettttt, jadi di sebut empet-empetan. biasanya terbuat dari daun kelapa atau dari batang padi yang di potong buku sampai bagian tengah ruasnya, dan si batang padinya di tusuk lubang nya dengan ujung padi sambil menyanyi atau ngawih 
Ojok-ojok ami-ami
Dirorojok ku jarami
Ojok-ojok uat-uat
Ngarorojok nu dibuat
Ojok-ojok aung-aung
Ngarorojok nu disaung

Galah / gobag
Permainan yang dilakukan dihalaman rumah, di bentuk garis segi empat dan di tengah nya di beri garis di mainkan secara beregu ( 2 regu ) para pemain berlari bolak-balik, memasuki kotak dan tidak boleh kena oleh yang jaga di setiap garis nya.

Damdaman
Damdaman dimainkan dengan mengunakan garis dan batu. Permainan ini hampir sama seperti catur saling memakan tetapi damdaman bergerak / pindahnya satu langkah bisa ke-kanan atau ke-kiri, ke-depan atau ke-belakang dan berpindah nya mengikuti garis bukan kotak.

Pepeletokan
Pepeletokan biasa nya di mainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini menggunakan batang bambu yang berukuran kecil yang di potong antara buku nya, kemudian di beri gagang, dan di isi pelor ( peluru ) biasanya pelurunya dari buah kanyere atau dari kertas. 

Boy-boyan 
Permainan ini menggunakan pecahan genteng yang di susun dan bola kecil untuk melempar pecahan genteng nya supaya rubuh. Yang bertugas menjaga genteng nya harus melempar bola ke pemain yang lain ke kakinya sampai kena, siapa yang kena pertama dia giliran selanjutnya. biasanya dimainkan lebih dari 4 orang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar